Fact : Indonesian karate referee Donald Luther Kalapita was a guest in Malaysia to attend the 8th Asian Karate Championship.
Fact : Kalapita suffered serious injuries whilst in Malaysia
Allegation : Kalapita says he was beaten up and kicked in a police car while he was handcuffed
Fact : Doctors at Pertamina Hospital confirm that Kalapita`s condition was now stable and his eye-sight and hearing had began to function normally after suffering the trauma of hard blows
Fact : Malaysian authorities have not issued any statement expressing regret for the incident and have not apologised to Kalapita or the Indonesian people or government.
Point of view :Indonesian President Susilo Bambang Yudhoyono – “…the readiness to apologise (for a wrong one has done) is really part of one’s personality”
Fact : Bocor MPs and senior ministers had great difficulty apologising to our womenfolk for crass, insensitive remarks about the menstrual cycle
Fact : Malaysian government often unable to see the wrong done to its own citizenry
Fears : We may never really know the truth about what happened to Kalapita
Fears : Malaysian government may be made up of personalities who are unable to readily apologise for a wrong done.
Wherefore, on behalf of all decent, upstanding anak-anak Bangsa Malaysia who are not so proud as to be unable to say sorry for a wrong done, the People’s Parliament unreservedly and in all humility apologise to Kalapita and the citizens of Indonesia
1. for the hurt inflicted on Kalapita
2. if the truth of what happened to Kalapita never sees the light of day.
Paul Warren
August 30, 2007
I join you in feeling the shame of what was done to Kalapita. I am sorry for the wrong done to you in my name while I slept soundly.
Those who did wrong were only pursing the rights and privileges imbibed in their minds through repeated reminders of them being “ketuanan” in this country. They pursued in what they believed was their right and authority as called for by our keris carrying and weilding leaders within UMNO.
We seek your forgiveness for those who incurred their wrath upon you. However, it is the likes of no less than our keris weilding leaders who are Oxford educated and the Minister of Education who have provided the necessary inspiration and impetus for the pain suffered on you and your countrymen. To them who did it and will continue to do it, they continue to be inspired by UMNO’s call upon them about being “ketuanan Melayu”!
shanghaistephen
September 1, 2007
Arrogance and police brutality is everyday strenghts to re-affirm as “Im a powerful and towering Malay and I have the entire government to back me up ” bullshit !
Shame on the Police and this guy was hand-cuffed as they beat the shit out of him errh ?Probably they thought he was an illegal construction worker (all due respect to Kalapita, sir ! )but I too am apologising on behalf of my country for any cowardly act inflicted by my fellow (and shameful)Malaysians on you….see we were a non-voilent people Mr. Kalapita, until my government endorsed that mat rempits, and other illegal and voilent crimes and criminals were a part of life here in Malaysia !
I truely am sorry Mr. Kalapita and unfortunately cannot speak on behalf of my entire government.
Good for you, bro
Panjanglai
September 1, 2007
The incident, as expected, did not get much publicity in the press. BTW what is the Asian Karate Fed. doing about this? At the very least the M’sian organisers should lead the way in conveying apologies to Kalapita and his family, and get to the root of this shameful incident. Thank goodness the goblok men in blue did not use C4!
delphi
September 1, 2007
As part of UMNO why should I apologise. It is our right because Malaysia is our country. Afterall, our former IGP beat up Anwar Ibrahim. when handcuffed. We just follow his example.
As a human being and a true malaysian ( not UMNO) I associate with all the apoligies above. Mea culpa.
Chibster
September 1, 2007
I too feel shame over this incident. Somebody must take responsibilty!
bayi
September 1, 2007
It has already been so long since the incident and yet the Malaysian government is still dragging its feet. Isn’t it important that we maintain cordial and friendly relations with our neighbours? In this case our authorities committed a grave wrong. Kalapita was our guest and he was invited over here to contribute his skills in refereeing an international competition, no less.
What has he done to deserve this? Has our government become so arrogant that an apology and some quick action to redress the wrong become so difficult? Has Islam Hadhari become stuck somewhere?
I am utterly ashamed. My apologies to the Indonesians.
A concerned citizen
September 1, 2007
I wonder, if the person who had been brutally beaten up by the police was an innocent Malaysian-Indian youngster, how many would come to know of it, and have as much, if any, sympathy and regret…
Biggum Dogmannsteinberg
September 1, 2007
As soon as stepping from a plane, Pak Lah himself was stopped by the Illinois State Police or the Highway Patrol in 1980 (while was a Deputy Minister), handcuffed on the hood of his rented V8 engined American car (while shouting “I’m a Minister! I’m a Minister!” and send to the local slammer.
Lucky Dato’ Ir. Zain “Badak” Mohamad, then a student leader has the number of Zain Azraai, then Ambassador to Washington D.C. managed to sort this out and Pak Lah did not hv to spend the night in an Illinois slammer!
So now that he is the Minister of Internal Security, what is a little “Police brutality” to him????
Hahahahahhahahahahahahahahahahahahahahhahahahahahaahaa
Frank
September 1, 2007
Haris
We Malaysians should be ashamed when our Govt and our politicians don’t have the moral aptitude to apologise.
The arrogance of this UMNO-led Govt goes beyond local politics. It extens its arrogance internationally.
Time for change… at least for the sake of our moral values.
a
September 1, 2007
Jakarta (SIB)
Sikap Malaysia yang tidak meminta maaf setelah insiden pemukulan wasit karate Indonesia, Donald Peter Luther Kolobita (47), disesalkan Ketua DPR Agung Laksono.
“Kita sangat menyesalkan sekali. Ini menunjukkan Malaysia tidak punya jiwa besar dalam bertetangga dengan Indonesia,” kata Ketua DPR Agung Laksono usai rapat paripurna di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Rabu (29/8).
Agung menilai langkah hukum yang dilakukan pemerintah Malaysia terhadap 4 polisi yang memukul Donald dinilai wajar.
“Itu di mana-mana terjadi dan dilakukan. Tetapi dengan tidak meminta maaf berarti menunjukkan Malaysia bukan sebagai tetangga yang baik,” ujarnya.
Menurut dia, pemerintah harus mengambil langkah untuk evaluasi. “Jangan berhenti di sini. Perlu diambil langkah-langkah untuk membalas tindakan tersebut,” cetus politisi Partai Golkar ini.
Bentuknya apa Pak? “Ya itu terserah pemerintah,” sahut Agung singkat.
Donald menjadi salah satu wasit asal Indonesia dalam kejuaraan karate se-Asia di Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia. Dia dianiaya 4 polisi Malaysia karena dianggap mirip dengan pelaku kejahatan yang diincar aparat setempat.
Bakar Bendera Malaysia di Medan
Protes terhadap berbagai kasus kekerasan terhadap WNI di Malaysia juga terjadi di Medan, Sumatera Utara. Sebuah bendera Malaysia sempat dibakar demonstran.
Protes tersebut dilancarkan seratusan aktivis Satuan Mahasiswa Pemuda Pancasila (Satma PP) di Konjen Malaysia, Jl Imam Bonjol, Medan, Sumatera Utara, Rabu (29/8).
Para demonstran menuntut pemerintah Malaysia meminta maaf secara terbuka kepada Indonesia atas kasus-kasus kekerasan terhadap WNI. Termasuk tindakan brutal polisi Malaysia terhadap wasit karate Indonesia Donald Luther Kolobita, pada 24 Agustus lalu.
“Kami juga mendesak pemerintah Indonesia bersikap tegas agar harga diri bangsa tidak dilecehkan. Embargo perjanjian bilateral dengan Malaysia dan galakkan aksi ganyang Malaysia,” kata Ketua Satma PP Sumut, Budi Syahputra saat membacakan pernyataan sikap.
Dalam aksinya, Satma PP Sumut juga sempat melakukan aksi pembakaran bendera Malaysia. Namun polisi berhasil mengamankan bendera tersebut sebelum terbakar seluruhnya.
Akibat aksi ini, arus lalu lintas di Jl Imam Bonjol tersendat. Sejumlah petugas terlihat sibuk mengatur lalu lintas di jalan tersebut.
Yapto: Usir Orang Malaysia!
Penganiayaan terhadap wasit karate Indonesia menuai aksi Pemuda Pancasila, Indonesia Karate DO (Inkado) dan organisasi bela diri. Mereka menuntut pemerintah tegas. Jika perlu usir orang Malaysia di Indonesia.
Tuntutan itu disampaikan Ketua PP Yapto S Soerjosoemarno, Ketua Inkado Yorris Raweyai dan sejumlah perwakilan organisasi beladiri kepada Ketua DPR Agung Laksono dan Wakil Komisi I DPR Yusron Ihza Mahendra, anggota komisi I lainnya di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (29/8).
Yapto mendesak agar DPR memberikan masukan dan menekan pemerintah agar lebih berani dalam bersikap.
“PP siap dipuji dan siap dihina, dipenjara dan dikubur sekali pun demi keharuman bangsa agar pemerintah tegas jangan mencla-mencle. Usir orang Malaysia dari Indonesia!” tegas Yapto yang mengenakan seragam PP dengan nada tinggi.
Menanggapi tuntutan itu, Yusron sependapat dan berharap pemerintah mendengarkan masukan rakyatnya supaya bersikap tegas.
Sikap tegas, kata dia, diperlukan agar Indonesia tidak dipermainkan Indonesia lagi. “Pemerintah harus mendengarkan aspirasi rakyatnya. Kalau tidak tegas kita tidak akan pernah dihargai sebagai bangsa,” kata dia.
Sementara Agung Laksono meminta Indonesia tidak mengirimkan warganya ke Malaysia sampai ada permintaan maaf dan hukuman setimpal pada oknum polisi Malaysia.
Sementara ketuanya menemui pimpinan DPR, ratusan anggota PP dan organisasi bela diri menggelar demo di depan gerbang DPR. Mereka meminta pemerintah tidak banci membalas sikap kurang ajar Malaysia.
kedubes malaysia di demo
Reaksi atas pengeroyokan terhadap wasit karate Indonesia, Donald Peter Luther Kolobita oleh polisi Malaysia, terus berlanjut, Rabu (29/8) ratusan pemuda yang tergabung dalam induk karate FORKI serta simpatisan Pemuda Pancasila (PP) menggelar unjuk rasa di depan Kantor Kedutaan Besar Malaysia di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.
Mereka memprotes pengeroyokan yang dilakukan empat polisi Malaysia terhadap wasit karate Indonesia, Donald Peter Luther Kolobita, Jumat (24/8), yang datang ke Malaysia atas undangan resmi untuk menjadi wasit di kejuaraan karate Asia.
Pengunjuk rasa sempat bentrok dengan aparat kepolisian karena melemparkan air mineral, spanduk, bambu dan membakar spanduk di depan gerbang Kantor Kedubes Malaysia. Pengunjuk rasa kemudian bergerak ke Komisi I DPR.
Dalam orasinya, massa mendesak pemerintah untuk memutuskan hubungan diplomatik dan mengusir semua diplomat Malaysia, yang berada di Indonesia, serta menarik pulang semua diplomat Indonesia yang berada di negeri jiran tersebut.
Pemerintah juga dituntut untuk mengambil alih semua perusahaan Malaysia yang ada di Indonesia di antaranya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Petronas serta berbagai bidang usaha lainnya.
Pengunjuk rasa juga meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak menghadiri satu pun undangan dari Pemerintahan Malaysia, termasuk undangan menghadiri hari kemerdekaan Malaysia pada 4 September mendatang.
Pengamatan wartawan di lokasi, masa gabungan mulai berkumpul sejak pukul 09.00 WIB. Mereka menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor serta truk kecil menuju ke Kantor Kedubes Malaysia di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan.
Konsentrasi massa yang membludak di depan Kantor Kedubes Malaysia mengakibatkan kemacetan arus lalu lintas hingga mencapai perempatan lampu merah Kuningan, Jakarta Selatan. Aksi diwarnai dengan bentrokan antara pengunjuk rasa dengan 330 petugas kepolisian dari Polda Metro Jaya, Polres Metro Jaya, Jakarta Selatan, serta Polsek Metro Setia Budi, Jakarta Selatan.
Sekitar pukul 10.30 WIB, Duta Besar Malaysia Datok Zainal Abidin bin Muhammad Zain akhirnya menerima 10 orang wakil pengunjuk rasa, yakni dari Pemuda Pancasila dan FORKI. Setelah 45 menit bertemu, akhirnya disepakati bahwa Pemerintah Malaysia akan segera menindaklanjuti kasus itu serta memberikan hasil pengusutan kasus tersebut pada Jumat (31/8).
Pihak FORKI dan Pemuda Pancasila menerima keputusan tersebut dengan baik. Meski demikian, Yorris Raweyai, salah seorang Ketua Pemuda Pancasila yang membidangi Satuan Pelajar dan Mahasiswa DPP, mengatakan akan bertindak tegas jika Pemerintah Malaysia tidak mampu membuktikan janjinya. “Jika pada 31 Agustus 2007 tidak ada penyelesaian atas kasus ini, kami akan melakukan sweeping terhadap warga negara Malaysia yang berada di Indonesia serta 14 perusahaan yang di Jakarta,” katanya.
Pamer Jurus-jurus, Ratusan Karateka Demo Kedubes Malaysia
Dengan mengenakan pakaian karate warna putih, ratusan karateka mendemo Kedubes Malaysia, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (29/8).
Mereka menuntut permintaan maaf Malaysia atas pemukulan terhadap Ketua Tim Wasit Indonesia Donald Luther Kolobita.
Dalam aksinya mereka mamamerkan jurus-jurus yang mereka kuasai. Para demonstran itu terdiri dari berbagai kalangan yang barasal dari 19 klub karate. Ciaaat! Ciaaaat!!!
Mereka membentangkan beberapa poster yang isinya mengecam pemerintahan Malaysia. Beberapa poster itu bertuliskan ‘Ganyang Malaysia’ dan ‘Tarik Dubes RI untuk Malaysia’. Demonstran juga sempat membakar bendera Malaysia.
Selain permintaan maaf, demonstran juga mengancam akan menyisir warga Malaysia yang ada di Indonesia.
“Pemerintah Indonesia juga harus memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia,” kata Wakil Ketua Umum Inkai Shidki Wahab.
Aksi demo ini juga diikuti oleh aktivis Pemuda Pancasila.
Bebebapa wakil pendemo akhirnya diterima oleh Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Datok Zainal Abidin Muhammad Zain. Namun para pendemo mengaku tidak puas dan akan melanjutkan aksinya di Gedung DPR pada pukul 11.30 WIB.
Aksi ini jelas memicu kemacetan di kawasan bisnis tersebut.
demo di pontianak
Ratusan orang dari organisasi kemasyarakatan dan karateka melakukan aksi demonstrasi ke kantor Konsulat Malaysia di Pontianak, Rabu.
Ratusan massa dari Pemuda Pancasila, Forum Komunikasi Putra Putri TNI, Pemuda Panca Marga, dan atlet karate dari Pengurus Daerah Lemkari dan Forki mendatangi Konsulat Malaysia di Jl Sutan Syahrir, Pontianak Selatan, pukul 10.00 WIB.
Dalam aksi tersebut, massa menuntut permintaan maaf pihak Malaysia atas pemukulan terhadap wasit karate asal Indonesia, beberapa waktu lalu.
Saat berita ini ditulis, sejumlah perwakilan massa diberikan kesempatan masuk ke kantor konsulat guna menyampaikan tuntutannya.
Perwakilan massa berjumlah lima orang, salah satunya ketua Majelis Pertimbangan Wilayah Pemuda Pancasila, Firdaus Siregar dan bertemu dengan Kepala Imigrasi di Konsulat Malaysia, Tan Ahwang.
dpr desak sby lakukan nota protes malaysia
Wakil Ketua Komisi I DPR (membidangi luar negeri) Arief Mudatsir Mandan mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan nota protes kepada pemerintah Malaysia atas penganiayaan wasit karate Donald Luther Kolobita oleh 4 polisi Malaysia.
Tindakan itu telah mengusik harga diri kita sebagai bangsa. Malaysia harus minta maaf pada rakyat Indonesia,” ujar Arief Mudatsir Mandan, di Jakarta, Selasa (28/8).
Menurut Arief, pemerintah diminta membuat nota protes terhadap Malaysia, agar Malaysia segera menuntaskan kasus ini. Begitu pula Komisi I DPR perlu memanggil Dubes Malaysia ke DPR. Dalam kaitan ini, dalam rapat intern Komisi I telah disampaikan.
Sementara itu, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) mendesak pemerintah untuk mengevaluasi hubungan yang telah dijalin dengan Malaysia menyusul terjadinya serangkaian tindakan kekerasan kepada Warga Negara Indonesia (WNI).
Desakan itu disampaikan oleh Ketua Presidium Alumni GMNI, Palar Batubara, di Jakarta, Selasa (28/8). Tindakan aparat Malaysia sudah menunjukkan kesombongan dan pelecehan kepada Indonesia mengingat hal itu dilakukan secara beruntun, dan Malaysia tidak memberikan klarifikasi terhadap kejadian-kejadian tersebut.
“Malaysia semakin menunjukkan kesombongan terhadap warga Indonesia dan GMNI sangat mengecam tindakan aparat polisi Malaysia,” kata dia.
Menurut Palar, kesombongan Malaysia semakin nyata karena melalui perusahaan-perusahaannya banyak melakukan ekspansi ke Indonesia terutama menguasai kelapa sawit, perbankan, bisnis ritel, bahan bakar, dan telekomunikasi.
Dia mengatakan sebenarnya Malaysia banyak belajar dari Indonesia di bidang pendidikan dan pengelolaan minyak, tetapi negeri itu mempunyai kemampuan untuk lebih maju dari Indonesia.
“Sebenarnya Malaysia juga mendapat bantuan dari Indonesia dengan banyaknya TKI ke sana, tetapi karena kesombongan justru banyak TKI yang menderita akibat dianiaya, bahkan sampai meninggal,” kata dia, tetapi politik luar negeri Indonesia kurang tegas sehingga pelecehan selalu terulang.
Di Yogyakarta, Gubernur Lemhanas Muladi menyatakan, jika dalam waktu dekat tidak ada jawaban atas protes tersebut perlu dilakukan boikot terhadap segala kegiatan olahraga yang berlangsung di Malaysia.
“Kita secara resmi sudah melakukan protes keras, jika dalam waktu dekat tidak ada respons dari Malaysia, kita boikot saja setiap kegiatan olahraga yang berlangsung di Malaysia seperti Sea Games,” katanya.
Kapolri Minta Sweeping Warga Malaysia Distop
Pemukulan terhadap wasit Indonesia di Malaysia menyulut aksi sweeping terhadap warga Malaysia di sejumlah daerah di Indonesia. Kapolri Jenderal Pol Sutanto meminta aksi ini dihentikan.
“Kita ini bangsa yang maju. Kita jangan bersikap seperti itu. Tolong ini diimbau,” kata Sutanto di Istana Negara, Jalan Vetaran, Jakarta, Rabu (29/8).
Sutanto meminta masyarakat menyerahkan sepenuhnya kepada proses hukum di Malaysia. “Ini negara hukum, tentu harus melakukan sesuai ketentuan yang ada,” kata dia.
Saat wartawan bertanya, apa perlu dikirim tim ke Malaysia, Sutanto mengatakan, hal itu tidak diperlukan. “Proses hukumnya sudah ada di sana. Di sana sudah ditindaklanjuti dan sudah dilakukan,” katanya. (detikcom/Ant/SH/Tbt/t)
naga
September 1, 2007
I m indeed saddened by the act of injuring and hurting Kalapita without giving respect to him. What a shame if such a thing happens to our nationals and there is no applogy by the foreign counterpart.Will you just leave it or take out the Kris.
Mr Bojangles
September 2, 2007
Biggum D.,
Why is putting that sleepyhead in the slammer considered police brutality?
This clown must have shown the typical arrogance of a third world or bolehland minister and tried to drive up a one way street – the wrong way, of course – or drove on the wrong side of the street,or went over the speed limit which, in case you didn’t know is strictly enforced in developed countries. Then when stopped must have started screaming “I’m a minister, I’m a minister”. Which to these people means somebody from the church, or perhaps they thought he was drunk.So all the more reason to put him behind bars. And even if they knew, it means nothing to them because you break the law you pay the price, whoever you are.
But being a minister he must have thought that he was above the law.Especially since in his own country they are treated as special beings and people worship the ground they walk on.
Maybe the short time he spent in the slammer before Dtk Zain Azraai (a true gentleman if ever there was one)rescued him must have done things to his brain making him soo sleepy all the time and blur about everything.
But, you may be right after all. His trauma from the little time behind bars has really inured him to all kinds of criminal behavior by our own men in blue. As well as the real criminals too.
Rem
September 2, 2007
“naga Says:
September 1st, 2007 at 11:31 pm
I m indeed saddened by the act of injuring and hurting Kalapita without giving respect to him. What a shame if such a thing happens to our nationals and there is no applogy by the foreign counterpart.Will you just leave it or take out the Kris.”
The Indonesians never respect us. Both the government, and its people. They poison us with their shitty brown haze, almost every year; and not only that they didn’t aplogize, they even MOCKED us for complaining.
Few months ago, my friend went to Indonesia for some reserach. And he was forced to bribe the Indon officials for every info/data they provided (or to gain entry to certain places).
Indonesians are so poor that it makes almost everyone of them a bitter person. If you touched them, they would react as if you just kicked them very hard, right on the groins. But, if they made one of your eyes blind, they would pretend it was only a hair or two they pulled off from your head.
That’s the typical mentality of Indon (majority of them). So, don’t encourage them. If you want to be the apologist — do it on behalf of yourself. Don’t do it in the name of negarabangsa Malaysia. The Indon owes us so much — that they should be ashamed of how they react to this latest ‘very cosmetic’ incident (compared to the ‘bigger picture’).
Thank you.
prematilaka kd serisena
September 2, 2007
I’m saddened by the episode. Hope common sense will prevail. This police brutality has gone on for far to long. The people at the top must have the will to make changes. Hope Pah Lah wakes up soon. L
Samuel
September 7, 2007
“The Indon owes us so much — that they should be ashamed of how they react to this latest ‘very cosmetic’ incident (compared to the ‘bigger picture’)”
What do Indonesians owe Malaysians? Your universities were built by Indonesian scholars. You even correct your barbaric Malaysian language to follow our polite and civilised Indonesian language. Remember, Malaysian language is Low Melayu language, Indonesian is High Melayu. Who built your buildings in KL? Indonesian workers, which you called afterwards criminals? Very ungrateful eh?
Don’t talk about corrupted officials, look at your own country! Every country has corrupted officials, not excluding Malaysia.
Anyway you were lucky that the British, Australians and New Zealander helped you in the 1960s, otherwise you are all Indonesians now! GANYANG MALAYSIA
suresh
April 23, 2008
samuel says “Your universities were built by Indonesian scholars. You even correct your barbaric Malaysian language to follow our polite and civilised Indonesian language. Remember, Malaysian language is Low Melayu language, Indonesian is High Melayu. Who built your buildings in KL? Indonesian workers, which you called afterwards criminals? Very ungrateful eh?
Don’t talk about corrupted officials, look …”
indonesians built malaysian universities?who are you kidding?what is low melayu or high melayu?high melayu is from malaysia…there is no mahor melayu kingdom in indonesia,in malaysia there is malacca which spreads the malay influence.the tall buildings in KL are built by indonsian and other contract workers,but engineered by others,definetly not indonesians.about corruption,yeah …it is everywhere…but where it is more?admit it indonesia.and about criminals,if you are here,how bad indonesians are in malaysia(i suspect indonesia is exporting criminals to malaysia with evil intention)
anyway sorry for what happened to your karate man,too bad,my apologies.i demand apologies for the haze and crime from indons….cannot?
Acomplia
August 14, 2008
Lovely post. Please add my email address to your list and email me the updates if possible. I always like to read your blog and comment on it.
akhyarihananto
August 27, 2008
THANK YOU, MALAYSIA
Hl Batubara
June 16, 2011
Harga diri suatu bangsa, salah satunya dapat dilihat dari kualitas SDM generasi muda, termasuk Indonesia. generasi muda Indonesia dituntut untuk menguasai IPTEK , namun harus memiliki nilai-nilai kultural dan spiritual yang kuat agar generasi muda tidak kehilangan jati dirinya sebagai anak bangsa Indonesia yang nasionalis.
Haji Muhammad Abdullah
April 27, 2012
For Suresh
A long time ago, there was Srivijaya kingdom in Palembang Indonesia. The Srivijaya kingdom do trade with China kingdom and Arabic kingdom in mid east. The Sriwijaya’s flag red and white came from China and Arab. The Chinese call Sriwijaya kingdom MA LA YA (beautiful place).
Islam made Srivijaya kingdom big so they move the capital to Riau Palembang and Islam became the culture at the same times and than the Sriwijaya kingdom was renamed as MELAYU Kingdom.
Malay King had 4 wifes, so he had many prince. Prince Parameswara moved to Singapore in order to avoid civil war. The flag is red and white in Singapore and from Singapore the malay people moved to Malaysia with the same flag, red and white with a yellow circle in red and white, in the yellow circle there is small knife.
Melayu language from Riau Indonesia, the government of Indonesia had revised the Melayu language and rename it BAHASA INDONESIA
Now the government of Malaysia don’t use red and white flag and the people of Malaysia still used old version of Malayu language
Haji Muhammad Abdullah
November 13, 2012
For Suresh
There are many Indonesian decendent in Malaysia, because Professor in Indonesia immigrate to Malaysia in order to teach in Malaysian Universities in early 1970. Many Indonesia came to Malaysia when Malaysia built an International Airport in the old days.
Sriwijaya was an old Kingdom in Indonesia, the King of Sriwijaya had a good connection with the Kings of China and the King of Arab. The Sriwijaya kingdom used red and white flag in order to do trade with China dan Arab. The red came from China and The White came from Arabic countries in middle eat.
Islam made Sriwijaya Kingdom big and powerfull, the Chinese nama Sriwijaya Kingdom MA LA YA (a friendly country or a beautiful country). Islam changed the name, from Sriwijaya become MELAYU.
Riau in Sumatra was the capital of Melayu Kingdom in the old days. The king of Melayu had 4 wifes and many children. Princes Parameswara moved to Singapura in order to avoid civil war, the Prince brought red and white flag to Singapore. The Melayu people had immagrated from Indonesia to Singapore, and than they moved to Malaysia.
The native people in Malaysia are ORANG ASLI tribes for example Iban tribe, the Melayu were not native to Malaysia, because they were newcomers. The Malaysian language is still the Melayu langguage without correct grammar, the Melayu langguage in Indonesia have been revised and corrected by the experts, now the Indonesian langguage is the standard language of Melayu